Fenomena Rusa Gaib dan Suara Ledakan di Makam Mokole Lakidende, Sangia Ngginiburu


Fenomena Rusa Gaib dan Suara Ledakan di Makam Mokole Lakidende, Sangia Ngginiburu [Makam Wemanipa (Weliamina) Permaisuri pertama Raja Lakidende di bawah pohon besar di kiri Kantor Dinas Pemuda & Olahraga, Kabupaten Konawe]

Oleh: Nur Ismah Yasib

Dalam jelajah edisi 562 ini, Misteri ingin mengupas sekilas seputar Mokole Lakidende, seorang Raja di Kerajaan Konawe di abad ke 18 M yang kini termasuk dalam wilayah Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Selamat mengikuti.

______________________________

Dikarenakan suatu urusan penting, pada Kamis pagi tanggal 9 Mei 2013, penulis berangkat menuju Kabupaten Konawe. Tujuan persisnya berada di depan Kantor Kelurahan Arombu, Kecamatan Unaaha, Sulawesi Tenggara. Adapun secara kebetulan di tempat tersebut merupakan area kompleks pemakaman Permaisuri Mokole Lakidende.

Beliau adalah Raja Konawe yang dikenal selain sebagai seorang raja juga merupakan penyiar agama Islam pada zamannya. Beliau dikenal sebagai Raja Islam Konawe pertama.

Maka setelah menyelesaikan urusan penting penulis, kedua kaki pun melangkah ke lokasi makam Permaisuri Raja Lakidende tersebut yang letak persisnya berada di belakang Kantor Kelurahan Arombu yang juga masih satu lokasi dengan Dinas Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Konawe.

Pada lokasi tersebut terdapat pula makam permaisuri Raja Lakidende. Namun entah yang mana dari salah satu diantara kedua makam tersebut yang merupakan makam Anakia Wasitau, putri sulung Sangia Ibede Latoranga dari Kerajaan Mekongga (Kabupaten Kolaka).

Sekitar 200 meter dari lokasi tersebut terdapat makam Sangia Nginaburu (Ngginiburu) atau Raja Lakidende. Areal makam yang dikelilingi pepohonan rindang. Setelah tiba di depan makam Raja Lakidende, penulis berjalan seorang diri di depan area pemakaman tersebut. Dan dari kejauhan tampak papan nama bertuliskan Cagar Budaya Makam Raja Lakidende.

Suara Ledakan
Saat berada di dekat makam tua tersebut, seorang pria bernama Jamal bersama putri kecilnya datang dan langsung membenahi letak ceret (teko) dan piring tempat kemenyan dan juga sebuah lumpang tua kecil, sebuah alat untuk membakar kemenyan.

Fenomena Rusa Gaib dan Suara Ledakan di Makam Mokole Lakidende, Sangia Ngginiburu [Kantor Dinas Pemuda & Olahraga Kabupaten Konawe] Kemudian Jamal meletakkan sehelai karpet di dekat batu nisan Raja Lakidende. Karpet tersebut yang biasa digunakan sebagai alas bagi para peziarah yang memiliki nazar tertentu. Jamal mengatakan kepada penulis bahwa sebentar lagi akan ada orang yang datang berziarah pada sore itu atau sekira pukul 05.00 WIT

Namun, mengingat waktu yang sudah sore tersebut, sementara tempat tinggal penulis cukup jauh dari Konawe, maka penulis harus kembali sebelum malam tiba. Tentu saja penulis tidak dapat menyaksikan kehadiran para peziarah yang dimaksud Jamal.

Sewaktu hendak pergi meninggalkan areal makam tersebut, penulis merasakan sesuatu keanehan. Terasa ada getaran yang menimbulkan suara letupan, tetapi tidak cukup keras. Seketika penulis membalikkan badan sambil mengamati sekeliling.

Penulis melihat Jamal (penjaga makam) bersama putrinya berada di posisi sudut makam agak ke tepi. Rupanya dia tidak berada di makam yang baru saja digelar karpet tersebut.Fenomena Rusa Gaib dan Suara Ledakan di Makam Mokole Lakidende, Sangia Ngginiburu [Sehelai karpet dihamparkan dekat makam Mokole Lakidende Sangia Nginaboru]

Penulis lalu mengarahakan pandangan ke makam Mokole Lakidende Sangia Nginaburu tersebut. Seketika penulis menyadari bahwa getaran suara yang mirip letupan itu keluar di sela-sela batu nisan tersebut. Anehnya, Jamal dan putrinya seolah tidak mendengar suara apapun. Sikap mereka tampak biasa-biasa saja. Mungkin karena suara letupan itu memang tidak terlampau keras.

Sejauh informasi yang penulis dapatkan dari warga sekitar, makam Raja Lakidende tersebut memang memiliki banyak keunikan yang tergolong aneh. Diantaranya adalah menunjukkan pertanda akan terjadinya sesuatu peristiwa penting di negeri ini.

Salah satu pertanda akan terjadinya musibah menimpa negeri ini pernah terjadi pada suatu malam di tahun 1998 lalu. Tanda atau isyarat tersebut ditunjukan dari makam Raja Lakidende. Ketika itu masyarakat mendengar suara ledakan yang sangat keras. Tentu saja masyarakat yang mendengar suara ledakan bergegas mencari sumber suara yang ternyata berpusat di makam Raja Lakidende.

Kemudian masyarakat mengamati makam tersebut. Tetapi tidak ada tanda-tanda ledakan apapun kecuali sedikit asap putih yang mengepul. Sementara makam itu tidak berubah, masih seperti biasa. Masyarakat pun pulang kembali ke rumahnya masing-masing sambil bertanya-tanya apa sesungguhnya yang terjadi di makam tersebut.

Fenomena Rusa Gaib dan Suara Ledakan di Makam Mokole Lakidende, Sangia Ngginiburu [Makam Wahaka, permaisuri kedua Raja Lakidende] Selang beberapa hari kemudian, terjadi peristiwa nasional di negeri ini. Presiden Republik Indonesia, Soeharto berhenti dari kekuasaannya setelah berkuasa selama 32 tahun.

Adapun informasi yang terbaru yang penulis dapatkan juga terkait dengan ledakan semacam itu. Kejadian serupa itu terdengar dengan jelas pada Jumat malam 3 Mei 2012, ba’da shalat Isya, atau sekira pukul 20.00 WIT.

Seperti halnya yang pernah terjadi sebelumnya, pada malam itu keheningan masyarakat di sekitar makam terusik setelah dikejutkan satu suara yang sangat keras dan memekakkan telinga. Masyarakat pun keluar rumah dan berkumpul mencari sumber suara.

Sekali mereka terkejut ketika mengetahui suara ledakan keras itu bersumber dari makam Raja Lakidende. Meski diliputi perasaan terkejut mendengar suara ledakan tersebut, namun kali ini masyarakat sudah memahaminya.

Sebuah peristiwa penting akan terjadi di negeri ini. Atau mungkin saja peristiwa yang jauh lebih dahsyat akan terjadi entah dimana di bumi ini. Peristiwa yang tentunya tidak dapat diduga, apakah itu peristiwa yang menggembirakan atau malah peristiwa yang menyedihkan, seperti bencana alam atau tragedi kemanusiaan.

Masyarakt hanya berdoa dan berharap ledakan yang terjadi di makam Raja Lakidende merupakan pertanda yang baik.

Keistimewaan lain yang juga penulis ketahui dari pemaparan warga adalah bahwa makam Raja Lakidende menunjukkan perubahan dari masa ke masa. Menurut warga Konawe, areal makam tersebut semakin bertambah tinggi, yang semula rata dengan tanah sekitarnya sebagaimana makam pada umumnya, namun lama-kelamaan tanah tersebut semakin tinggi letaknya dari tanah sekitar. Sehingga masyarakat menyebutnya “makamnya tumbuh menjadi besar atau makamnya tumbuh menjadi gunung.”

Ada satu pengalaman yang dikisahkan oleh seorang rekan bernama Erna (43 tahun) yang mengaku pernah berkunjung ke makam Raja Lakidende bersama beberapa kerabatnya. Ketika itu, sekira pukul 10 malam, salah seorang kerabatnya sampai terkejut mendengar suara gemuruh. Lalu secara tiba-tiba dirinya melihat pusaran angin puyuh keluar dari kolong rumah panggung sederhana yang berada pada bagian utara areal makam. Angin puyuh itu berputar menyelimuti rumah panggung dimana Jamal (penjaga makam) bermukim bersama istri dan anak-anaknya.

Setelah angin puyuh itu reda dan menghilang, seketika itu pula kerabatnya Erna mendatangi rumah Jamal tersebut. Dia menyampaikan apa yang baru saja dilihatnya kapada Jamal. Namun ternyata Jamal mengaku tidak melihat adanya pusaran angin puyuh. Dia memang mendengar suara dan merasakan adanya angin yang berhembus, tetapi dia tidak melihat adanya pusaran angin puyuh. Mungkinkah suara gemuruh angin puyuh itu yang terdengar penduduk sehingga dikatakan ada suara ledakan dari makam Raja Lakidende? Wallahu’alam bissawab.

Catatan Sejarah
Dalam catatan sejarah yang sempat penulis kumpulkan, sosok Raja Lakidende adalah putra mahkota dari Raja Konawe bernama Maago yang dalam bahasa Tolaki disebut Mokole Maago. Mokole Maago ini memimpin rakyat Konawe. Dia diangkat menjadi Raja Konawe meneruskan dinasti Mokole Tebawo (ayahnya), setelah ayahnya mangkat.

Pada awalnya kedudukan Maago sebagai Mokole Konawe ditentang sanak saudaranya yang juga menjabat sebagai pembesar dalam pemerintahan Konawe. Pertentangan tersebut menimbulkan perpecahan. Namun akhirnya dapat didamaikan kembali setelah Dewan Kerajaan dan Dewan Kabinet mengadakan sidang istimewa dengan keputusan untuk tetap mempertahankan keutuhan Wonua Konawe dengan menaklukkan Mokole Lawata dan Mokole Sorumaido yang sangat menentang pelantikan Maago sebagai Mokole Konawe.

Fenomena Rusa Gaib dan Suara Ledakan di Makam Mokole Lakidende, Sangia Ngginiburu Selanjutnya diperintahkan Panglima Perang Konawe memerangi Lawata. Maka terjadilah peperangan diantara mereka selama tujuh hari tujuh malam dan hasilnya kemenangan berada di pihak Konawe. Maka semenjak itu pula kedudukan Maago sebagai Mokole pun mendapat pengakuan dari ke dua wilayah tersebut.

Dikisahkan pula bahwa Mokole Maago memiliki beberapa permaisuri diantaranya bernama Elu Ndotoburi (Sugi Manuru Raja Muna) keturunan Haluoleo di Kerajaan Moronene (saat ini masuk Kabupaten Bombana). Maago mangkat pada abad ke 17 M, dan ia mendapatkan gelar Sangia Mbinauti yang bermakna Dewa yang dipayungi.

Setelah Raja Maago mangkat, para pemimpin adat mengadakan musyawarah mengenai siapa yang akan menggantikan kedudukan Mokole Konawe dan hasilnya disepakati kedudukan Mokole Konawe harus diteruskan oleh putra Mokole Maago yang bernama Lakidende.

Namun saat itu Lakidende masih sibuk mendalami pendidikan sebagai Mubaligh Islam di Andolo — Tinanggea, sehingga untuk sementara waktu ditunjuklah Panglima Perang Kerajaan yang disebut Pakandeate untuk menjalankan roda pemerintahan.

untuk menyampaikan hasil kesepakatan ini kepada Putra Mahkota Lakidende, Panglima Pakandeate harus menempuh perjalanan beberapa kali barulah Lakidende bersedia menerima hasil keputusan musyawarah pemimpin adat Konawe. Dan setelah dinobatkan menjadi raja, Lakidende tidak merubah struktur organisasi kerajaan yang telah tertata semenjak pemerintahan kakek dan ayahnya Raja Konawe sebelumnya. Namun ia menambahkan tatanan hukum dan adat dengan tatanan hukum dan adat yang diselaraskan dengan ajaran agama yang dipelajarinya yaitu hukum Islam.

Fenomena Rusa Gaib dan Suara Ledakan di Makam Mokole Lakidende, Sangia Ngginiburu [Makam Raja Lakidende lebih tinggi ± 3 m dari permukaan tanah di sekelilingnya] Selanjutnya untuk membantu rakyatnya yang mau beralih dari keyakinan lama mengikuti keyakinan Raja Lakidende, dihadirkanlah Modi, pengajar agama Islam bernama La Ode Teke dari negeri Wolio Buton. Demikianlah hingga akhirnya negeri Konawe ketika itu dinyatakan sebagai negeri pemeluk Islam dan Raja Lakidende sebagai Raja Islam pertama di negeri itu.

Tahun demi tahun berlalu dibawah kepemimpinan Raja Lakidende, negeri Konawe berada dalam keadaan aman sentosa yang didampingi Panglima Pakandeate. Pada abad ke 18 M, Raja Lakidende wafat dan jenazaahnya dikebumikan seperti layaknya pada jenazah umat Islam lainnya, dan karena hal tersebut Raja Lakidende disebut Sangia Ngginiburu yang bermakna Dewa yang dikuburkan.

Hingga kini orang Konawe meyakini bahwa meskipun Raja Lakidende telah meninggalkan Konawe atau berpindah ke alam kubur sejak ratusan tahun lalu, namun masyarakat percaya bahwa Raja Lakidende masih menjaga dan memperhatikan segala gerak langkah manusia yang masih hidup di alam fana ini. Sebagai salah satu bukti adalah dengan ditunjukkan adanya suara nyaring yang terdengar nyaring yang terdengar keluar dari makamnya. Suara yang dianggap sebagai suatu isyarat atau pertanda ada sesuatu hal yang akan terjadi dan memiliki pengaruh besar bagi rakyat negeri Konawe dan juga bangsa ini.

Bahkan tidak jarang para politisi dan calon pejabat di Sulawesi Tenggara mendapat pesan atau isyarat akan keberhasilan mereka dalam menduduki jabatan penting setelah sebelumnya membekali diri dengan membawa sebutir batu kecil usai berziarah di makam tersebut. Konon katanya, jika batu yang diberikan berwarna putih atau cerah itu bermakna orang tersebut berhati bening dan apa yang menjadi misinya akan terwujud.

Pada tahun 2012 lalu pernah diadakan PILKADA di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan 3 pasangan cagub. Ketika itu yang menjadi pemenang PILKADA tersebut adalah pasangan no 1, Nuralam, SE. Saat itu penulis berasumsi, “Apakah suara gemuruh yang terdengar bulan Mei tersebut merupakan pertanda akan kemenangan dari pasangan H. Nuralam, SE yang merupakan pasangan cagub wilayah Kendari dan Buton?” Kedua wilayah kerajaan yang pernah berjaya pada masa lampau dan sebagai negeri yang pernah diperintah Raja Haluoleo yang masih kerabat Raja Lakidende.

Rusa Gaib
Erna, sahabat penulis yang kini menetap di Kalimantan dan berasal dari Konawe mengisahkan bahwa banyak kejadian yang tergolong luar biasa dan aneh sering terjadi di area makam Raja Lakidende itu. Misalnya, dalam menyambut para peziarah mereka bisa saja muncul dalam wujd lain bisa berupa seekor ayam, rusa atau binatang lain. Namun kita mungkin tidak menyadarinya. Dan hal itu mungkin terjadi hari itu. Ketika masuk ke area tersebut penulis melihat beberapa ekor ayam mengais tanah mencari makan, namun tidak melihat adanya kijang atau rusa. Binatang yang banyak hidup di wilayah Konawe.

Selama berada di area makam Raja Lakidende, penulis memotret beberapa kali dan diantara sekian foto yang penulis abadikan dengan HP kamera ada satu foto yang cukup menarik, yaitu foto makam salah satu penjaga Raja Lakidende yang berada tepat depan pintu masuk ke makam Raja Lakidende yang sebenarnya tidak ada pada saat berada di sana.

Kalau tidak salah lihat, pada foto tersebut ada beberapa ekor rusa. Dan sekiranya itu rusa gaib, apa mungkin bunyi suara rusa gaib itu yang sering terdengar oleh masyarakat Unaha di Kabupaten Konawe itu?

Entah apa makna dari penampakan ke 4 hewan tersebut pada 31 Mei 2013 penulis datang menemui pengurus makam memperlihatkan foto 4 ekor rusa itu pada mereka, namun Jamal dan istrinya mengatakan bahwa sudah enam bulan di sini tidak ada lagi yang menambatkan rusanya. Dan katanya lagi itu mungkin rusa yang sebenarnya tidak tampak oleh pandangan mata kita manusia biasa.

Sedangkan mengenai suara ledakan yang terdengar oleh penduduk, Jamal yang baru 3 tahun lebih bekerja di sana mengatakan bahwa, “Menurut orang di sekitar makam tersebut memang hal seperti itu sering terjadi. Suara ledakan itu memang sangat keras, waktu itu saya baru mau shalat Isya, tiba-tiba aa suara ledakan. Suaranya mungkin seperti suara ban mobil besar yang pecah.”

Jamal melanjutkan, bahwa menurut kebiasaan orang Tolaki jika ada tanda-tanda seperti itu maka harus cepat-cepat dilakukan Mosehe Wanua yaitu upacara pembersihan kampung agar negeri Konawe ini tidak ditimpa malapetaka.

Namun, entah mungkin terlambat atau bagaimana, tidak lama setelah kejadian itu ada 3 rumah penduduk di sekitar area makam ini tiba-tiba terbakar habis hingga rata dengan tanah.

Ketika disinggung mengenai masalah fenomena gambar penampakan rusa tersebut Jamal mengatakan, “memang banyak juga orang yang melihat rusa seperti itu. Bahkan ada wartawan televisi dari Jakarta yang datang ke sini mendapatkan satu gambar yang menurutnya cukup menyeramkan.”

Tapi terkadang ada yang sama sekali tidak bisa membuat foto di sini. Seperti pernah ada peziarah wanita dari Jakarta. Dia itu istri seorang pejabat. Beberapa kali mencoba memotret di sini tapi tidak ada gambar yang terekam. Namun setelah berada di makam permaisuri Raja Lakidende, barulah kamerenya bisa berfungsi,” kilah Jamal tersenyum.

Demikianlah sekelumit kisah Misteri Penampakkan Rusa dan Suara Ledakan dari Makam Mokole Lakidende, Sangia Ngginiburu yang dapat penulis urakan di sini. Semoga tulisan ini dapat mengisi lembaran Majalah Misteri dan menambah wawasan pengetahuan pembaca seputar Sulawesi Tenggara. Akhirul kalam, kami mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum.. wr… wb… (*)

Sumber: Misteri Edisi 562, Tahun 2013

About Iwan Lemabang

Aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa.

Posted on June 28, 2014, in Jelajah. Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment